18 Hari sudah Dia berpura-pura. Berpura-pura sadar akan perasaannya, berpura-pura mempunyai akal sehat, berpura-pura bahagia. Berhasil? Yap. Dihari ke 18 ini, dia terlihat sudah tidak mampu menahan semua itu. Amarah, cemburu, bahagia, sedih, tawa, pilu, rindu yang selama ini ia simpan, meledak hari ini. Minggu malam menjelang senin pagi.
"Pantas, ada yang janggal dengan tingkah lakunya malam ini"
Aku belum berani bertanya, emosinya masih labil.
Dia hebat. Dia tidak bercerita panjang lebar, tidak menunjukan kegelisahannya, tidak menunjukan kesedihannya. Dan dia pandai menutupi itu semua. Dibalik tawa nya yang khas, ternyata setumpuk emosi hinggap di pikirannya, bahkan dihatinya.
Sedikit cerita dari dia - tentang dia.
"Aku sayang sama kamu......"
Yang saya tau, dia sayang sama dia.
Lebih dari ini..
Tapi dia entah tak tahu harus berbuat apa-apa, mengutarakannya pun tak membuat hatinya tenang, memaksapun tak bisa memaksanya, menangispun tak mampu menahan gelisahnya, memilikinya pun tak bisa memilikinya. Lalu, dia bisa apa?
Yang saya tau, dia selalu berdoa pada Tuhannya, seperti ini..
"Tuhan, jika Engkau menghendaki aku bersama dia, mohon putar balikan perasaannya agar kembali padaku, Jika Engkau tidak menghendaki diriku bersama dia, mohon jangan biarkan aku larut akan kegelisahan ini dan gantikan ia dengan yang lebih baik"
Ya, doa itu yàng selalu ia panjantkan pada penciptanya. Saya selalu ikut mengAmin-i diakhir doanya.
Saya cukup terharu menyaksikan cerita-cerita mereka.
-Be right back